18 February 2019

Dijadikan Lomba di Festival Penyengat, ini Filosofi Permainan Gasing

Foto by : Aan Genpi.co

Gasing merupakan salah satu permainan tradisional rakyat tertua di Nusantara yang terbuat dari kayu dan sebagainya. Diberi pasak (paku atau kayu) agar dapat dililitkan dengan tali. 

Permainan gasing sendiri bisa dilakukan secara perorangan maupun beregu. Di Kepulauan Riau sendiri, masih acap menyelenggarakan kompetisi gasing. Pada Festival Penyengat 2019,  permainan ini turut dilombakan. Kompetisi ini dilangsungkan pada Minggu (17/2) kemarin, di Kampung Datuk, Pulau Penyengat.

Gasing memiliki istilah berbeda di sejumlah daerah. Ada yang menyebutnya gangsing atau panggal, pukang, begasing, apiong, maggasing, gansing, paki, kekehan, gangsingan, dan pathon. 
Hanya masyarakat Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau menyebutnya gasing.

Gasing (Foto By : Aan Genpi.co) 

Uniknya, permainan gasing tak hanya digemari oleh anak-anak saja, melainkan orang tua juga turut memainkan gasing. Keseruan terlihat jelas kala para pemain mengadu masing-masing gasing kebanggaan mereka. 

Saling adu, saling lempar membuat para penonton ricuh. Sorakan pendukung memberi motivasi dan semangat kepada para pemain membuat para pemain semakin tertantang.

Kalah dan menang tak membuat para pemain menjadi musuh. Justru setelah pertandingan selesai para pemain saling memberi salam selamat dan senyum yang hangat. 

Dari permainan gasing kita belajar, sebuah kekalahan memang sangat menyakitkan, tetapi akan jauh lebih menyedihkan jika kekalahan tersebut membuat sebuah tim tercerai-berai.

Panitia dan peserta gasing (foto by: Aan Genpi.co) 

No comments:

Post a Comment